Manusia
Hakekat manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh. Mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan mahkluk lainnya.Mahkluk Biokultural yaitu mahkluk hayati dan budayawi. Mahkluk ciptaan Tuhan yang terkait dengan lingkungan, mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.[1]
Hakekat manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh. Mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan mahkluk lainnya.Mahkluk Biokultural yaitu mahkluk hayati dan budayawi. Mahkluk ciptaan Tuhan yang terkait dengan lingkungan, mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.[1]
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang tidak dilakukan, dan kita pun bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) buat diri kita sendiri. Selain itu dapat diartikan manusia secara umum adalah manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosil. Karena bukan hanya diri sendiri saja tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain. Maka sebab itu manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial.[2]
Manusia telah diciptakan oleh Allah di dalam bentuk yang paling sempurna (indah), seperti dalam firman Allah :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS At-Tiin: 4)
Keindahan
1. Makna keindahan
Keindahan secara bahasa berasal dari kata Latin bellum yang berakar dari kata bonum yang berarti kebaikan. Kemudian kata bonum memiliki bentuk pengecilan menjadi bonellum dan dipendekkan lagi menjadi bellum.[3]
Pengertian keindahan sendiri dibedakan menjadi 3, yaitu:[4]
a. Keindahan dalam arti luas.
Keindahan dalam hal ini mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya plato menyebut watak hukum yang indah. Sedangkn Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baim dan menyenangkan. Plotinus juga mengatkan tentang ilmu yang indah dan keajikan yang indah. Sehingga pengertian keindahan yang yang seluas-luasnya yaitu:
1) keindahan seni
2) keindahan alam
3) keindahan moral
4) keindalam intelektual.
b. Keindahan dalam arti estetik murni.
Keindahan ini menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.
c. Keindahan dalm arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Keindahan ini memiliki arti yang lebih sempit sehingga hany menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna.
Jadi keindahan pada dasarnya merupakan sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualitas yang paling di sering disebut adalah kesatuan (unity), keseimbangan (balance), dan kebalikan (contrast).
Keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebaikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahn adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.
2. Keindahan Dalam Al-Qur’an dan Hadits
Salah satu asmaul husna Allah adalah al-Jamil, nama ini disebutkan dalam sebuah hadits shohih, dari Abdullah bin Mas’ud, RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:[5]
لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقالُ ذرة من كبر. قال رجل: إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسناً ونعله حسنةً. قال: إن الله جميلٌ يحب الجمال، الكبر بطر الحق وغمط الناس. رواه مسلم
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat biji debu”. Ada seorang yang bertanya: Sesungguhnya setiap orang suka (memakai) baju yang indah, dan alas kaki yang bagus, (apakah ini termasuk sombong?). Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”
Al-Fairuz Abadi menjelaskan bahwa asal kata al-Jamil ini berarti keindahan dalam tingkah laku dan rupa. Dan menurut Imam Ibnul Qayyim, Keindahan Allah SWT ada empat tingkatan, yaitu: keindahan zat, keindahan sifat, keindahan perbuatan dan keindahan nama. Sehingga nama-nama Allah maha indah, sifat-sifat-Nya maha sempurna, dan perbuatan-perbuatan-Nya mengandung hikmah, kemaslahatan, keadilan dan rahmat. Adapun keindahan zat dan segala hal yang ada padanya adalah perkara yang tidak dapat dicapai dan diketahui oleh selain Allah. Dimana keindahan-Nya terjaga dari segala bentuk perubahan, terlindungi dengan tabir selendang dan sarung kemuliaan.[6]
Dalam QS. al-A’raaf ayat 26, Allah Ta’ala berfirman:[7]
يا بني آدم قد أنزلنا عليكم لباساً يواري سوآتكم وريشاً، ولباس التقوى ذلك خير
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi ‘auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan, dan pakaian takwa itulah yang lebih baik”
Dalam ayat diatas menerangkan bahwasanya Allah memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya berupa pakaian dan perhiasan untuk memperindah penampilan lahir mereka, namun Allah juga memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada-Nya untuk memperindah batin mereka. Adapun bersyukur adalah bentuk keindahan dalam batin, yang dapat diwujudkan dalam keindahan lahir dalam perbuatan terpuji sebagai bentuk rasa terimakasih seorang hamba atas nikmat yang diberikan Tuhannya. Jadi makna keindahan baik dalam Al-Qur’an dan hadits merupakan keindahan yang memiliki makna tidak terbatas pada keindahan lahiriyah saja, namun keindahan yang mampu menembus makna yang terselubung dari makna lahiriyah, dimana keindahan tersebut mampu mengekspresikan kecintaan seorang hamba pada Tuhannya atas keagungan-Nya sehingga memberikan ketenangan, kenyamanan dan ketentraman bagi hamba tersebut.
Manusia telah diciptakan oleh Allah di dalam bentuk yang paling sempurna (indah), seperti dalam firman Allah :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS At-Tiin: 4)
Keindahan
1. Makna keindahan
Keindahan secara bahasa berasal dari kata Latin bellum yang berakar dari kata bonum yang berarti kebaikan. Kemudian kata bonum memiliki bentuk pengecilan menjadi bonellum dan dipendekkan lagi menjadi bellum.[3]
Pengertian keindahan sendiri dibedakan menjadi 3, yaitu:[4]
a. Keindahan dalam arti luas.
Keindahan dalam hal ini mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya plato menyebut watak hukum yang indah. Sedangkn Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baim dan menyenangkan. Plotinus juga mengatkan tentang ilmu yang indah dan keajikan yang indah. Sehingga pengertian keindahan yang yang seluas-luasnya yaitu:
1) keindahan seni
2) keindahan alam
3) keindahan moral
4) keindalam intelektual.
b. Keindahan dalam arti estetik murni.
Keindahan ini menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.
c. Keindahan dalm arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Keindahan ini memiliki arti yang lebih sempit sehingga hany menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna.
Jadi keindahan pada dasarnya merupakan sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualitas yang paling di sering disebut adalah kesatuan (unity), keseimbangan (balance), dan kebalikan (contrast).
Keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebaikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahn adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.
2. Keindahan Dalam Al-Qur’an dan Hadits
Salah satu asmaul husna Allah adalah al-Jamil, nama ini disebutkan dalam sebuah hadits shohih, dari Abdullah bin Mas’ud, RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:[5]
لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقالُ ذرة من كبر. قال رجل: إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسناً ونعله حسنةً. قال: إن الله جميلٌ يحب الجمال، الكبر بطر الحق وغمط الناس. رواه مسلم
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat biji debu”. Ada seorang yang bertanya: Sesungguhnya setiap orang suka (memakai) baju yang indah, dan alas kaki yang bagus, (apakah ini termasuk sombong?). Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”
Al-Fairuz Abadi menjelaskan bahwa asal kata al-Jamil ini berarti keindahan dalam tingkah laku dan rupa. Dan menurut Imam Ibnul Qayyim, Keindahan Allah SWT ada empat tingkatan, yaitu: keindahan zat, keindahan sifat, keindahan perbuatan dan keindahan nama. Sehingga nama-nama Allah maha indah, sifat-sifat-Nya maha sempurna, dan perbuatan-perbuatan-Nya mengandung hikmah, kemaslahatan, keadilan dan rahmat. Adapun keindahan zat dan segala hal yang ada padanya adalah perkara yang tidak dapat dicapai dan diketahui oleh selain Allah. Dimana keindahan-Nya terjaga dari segala bentuk perubahan, terlindungi dengan tabir selendang dan sarung kemuliaan.[6]
Dalam QS. al-A’raaf ayat 26, Allah Ta’ala berfirman:[7]
يا بني آدم قد أنزلنا عليكم لباساً يواري سوآتكم وريشاً، ولباس التقوى ذلك خير
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi ‘auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan, dan pakaian takwa itulah yang lebih baik”
Dalam ayat diatas menerangkan bahwasanya Allah memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya berupa pakaian dan perhiasan untuk memperindah penampilan lahir mereka, namun Allah juga memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada-Nya untuk memperindah batin mereka. Adapun bersyukur adalah bentuk keindahan dalam batin, yang dapat diwujudkan dalam keindahan lahir dalam perbuatan terpuji sebagai bentuk rasa terimakasih seorang hamba atas nikmat yang diberikan Tuhannya. Jadi makna keindahan baik dalam Al-Qur’an dan hadits merupakan keindahan yang memiliki makna tidak terbatas pada keindahan lahiriyah saja, namun keindahan yang mampu menembus makna yang terselubung dari makna lahiriyah, dimana keindahan tersebut mampu mengekspresikan kecintaan seorang hamba pada Tuhannya atas keagungan-Nya sehingga memberikan ketenangan, kenyamanan dan ketentraman bagi hamba tersebut.
Baca Juga: Hubungan Manusia dengan Keindahan
[1] http://ajengbells-tinkerbell.blogspot.com/2012/04/manusia-dan-keindahan-keindahan.html diakses
tanggal 16 Februari 2014 pukul 19:46 WIB.
[2] http://ratrismart.blogspot.com/2010/04/pengertian-manusia.html diakses tanggal 10
Februari 2014 pukul 10:45 WIB.
[3] Rohiman
Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an Dan Hadits,
(Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1997), Cet. II, hal. 83.
[5] http://harrythewise.blogspot.com/2010/11/kajian-hadits-mengenai-keindahan-dan.html,
diakses pada hari Jum’at, tanggal 18 April 2014, Pukul 16.00 WIB.
[7] Abdullah bin
Abdul Aziz Ali Sa’ud, Al-Qur’anul Karim Dan Terjemahannya, (Madinah: Mujmal
Al-Malik Fadh Li Thiba’at Al-Mushaf, 2010), hal. 224.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar