LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1:
Materi Pembelajaran
A. Sejarah Wayang
Bermula zaman kuno ketika nenek moyang bangsa Indonesia masih menganut
animisme dan dinamisme. Dalam kepercayaan animisme dan dinamisme ini diyakini
roh orang yang sudah meninggal masih tetap hidup dan semua benda itu bernyawa
serta memiliki kekuatan. Roh-roh itu bisa bersemayam di kayu-kayu besar, batu,
sungai, gunung dan lain-lain. Paduan dari animisme dan dinamisme ini
menempatkan roh nenek moyang yang dulunya berkuasa, tetap mempunyai kuasa.
Mereka terus dipuja dan dimintai pertolongan. Untuk memuja roh nenek
moyang ini, selain melakukan ritual tertentu mereka mewujudkannya dalam bentuk
gambar dan patung Roh nenek moyang yang dipuja ini disebut "hyang"
atau "dahyang".
Orang bisa berhubungan
dengan para hyang ini untuk minta pertolongan dan perlindungan,
melalui seorang medium yang disebut ‘syaman’. Ritual pemujaan
nenek moyang, hyang dan syaman inilah yang merupakan asal mula
pertunjukan wayang. Hyang menjadi wayang, ritual kepercayaan itu menjadi
jalannya pentas dan syaman menjadi dalang. Sedangkan ceritanya adalah
petualangan dan pengalaman nenek moyang. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Jawa Asli yang hingga sekarang masih dipakai. Jadi, wayang itu berasal dari
ritual kepercayaan nenek moyang bangsa Indonesia di sekitar tahun l500 SM.
Pada abad ke 4 dan 5 masuk agama hindu dan budha begitu pula cerita wayang
yang saatini kita kenal yaitu Ramayana dan Mahabarata yang berasal dari India.
Cerita tersebut masih berbentuk buku belum dipentaskan menjadi wayang. Kemudian
para empu-empu Kediri merubah cerita dari India tersebut ke dalam bahasa Jawa
Kuno pada abad 11, cerita itu disebut Kakawin Ramayana dan Kakawin Mahabarata.
Pada jaman Kartasura dirubah kembali ceritanya dengan menggunakan bahasa
Jawa biasa dan namanya menjadi Serat Ramayana dan Serat Mahabarata. Kemudian
para wali songo meminta izin kepada Sultan Patah dan Sultan Renggono untuk
menggunakan wayang sebagai cara untuk menyampaikan dakwah Islam ke Nusantara
khususnya daerah Jawa. Kemudian membuatnya dengan kulit Kerbau dan tanduknya.
B.
Unsur-unsur Wayang
1. Dalang yaitu orang yang memainkan wayang. Dalang bertugas
sebagai pemimpin pertunjukan. Dalang-dalang yang terekenal antara lain. Alm. Ki
Nartosabdo, Ki Anom Surata, Ki Manteb Sudarsono, Ki Entus Susmana, Ki Purba
Asmara, Alm Ki Hadi Sugita, Alm Ki Timbul Hadiprayitna, Ki Gina Purwacarita dan
masih banyak yang lainnya.
2. Pengrawit/ Wiyaga/ Wirapradangga yaitu orang yang memainkan gamelan,
guna mengiringi pertunjukan wayang.
3.
Sinden/ Swarawati yaitu orang yang bertugas
seperti penyanyi.
4.
Penyanyi yaitu orang yang menyanyi lagu-lagu modern. Ini
termasuk tambahan atau bintang tamu tidak fungsi pokok.
5. Pelawak yaitu orang yang melucu dalam pertunjukan wayang,
pelawak juga termasuk tambahan dalam pertunjukan wayang.
6.
Wayang yaitu boneka yang dimainkan dalang.
7. Kotak yaitu tempat menaruh wayang yang berbentuk kotak
dan terbuat dari kayu, juga digunakan oleh dalang untuk dodogan yang berfungsi
memberi aba-aba pada pengiring dan menggambarkan suasana adegan.
8. Keprak yaitu lempengan besi atau prunggu yang diletakan di
kotak wayang dan dibunyikan oleh dalang berfungsi sebagai pengisi suasana dan
pemberi aba-aba.
9. Cempala yaitu alat untuk membunyikan keprak. Untuk cempala
yang dijepit dengan jempol kaki berbahan besi, sedang yang dipegang tangan
berbahan kayu.
10. Gawang kelir yaitu kain putih dengan lis
warna hitam atau merah yang dibentang pada gawang, berfungsi untuk tempat
memainkan wayang.
11. Debog yaitu batang pisang yang ditata dibagian gawang
kelir berfungsi untuk menancapkan wayang.
12. Blencong yaitu lampu untuk menerangi gawang kelir. Dahulu
lampu terbuat dari tembaga berbahan bakar sumbu dan minyak kelapa.
13. Simpingan yaitu wayang-wayang yang ditata
rapi dikanan kiri gawang kelir.
14. Gamelan yaitu alat musik jawa yang berlaras pelog dan
slendro berfungsi untuk mengiringi pertunjukan wayang.
15. Panggung yaitu tempat yang agak tinggi terbuat dari papan
untuk menaruh peralatan wayang dan gamelan. Panggung bukan kebutuhan yang pokok
karena pada hakekatnya pertunjukan bisa dilakukan dimana saja asalkan tempatnya
cukup dan nyaman contoh di hotel, studio, pendapa dan sebagainya.
16. Soundsistem yaitu peralatan elektronik untuk
mengeraskan suara dalang dan gamelan. Sounsistem bukan kebutuhan pokok karena
kalau tanpa soundsistempun bisa berjalan cuma dengan volume yang kecil.
Lampiran 2 : Instrumen Penilaian (Aspek Pengetahuan)
Kelas / Semester
|
:
|
IX / Genap
|
Kompetensi Dasar
|
:
|
Memahami bentuk seni budaya lokal (wayang,
kasidah dan hadroh)
|
Indikator
|
:
|
- Menjelaskan sejarah seni budaya lokal (wayang)
- Menjelaskan unsur-unsur seni budaya lokal (wayang)
|
Penilai
|
:
|
Guru
|
Teknik Penilaian
|
:
|
No.
|
Indikator
|
Instrumen
|
1.
|
Menjelaskan sejarah seni budaya lokal (wayang)
|
Jelaskan sejarah
seni budaya lokal
wayang
|
2.
|
Menjelaskan unsur-unsur seni budaya lokal (wayang)
|
Jelaskan unsur-unsur seni budaya lokal wayang
|
No
|
Jawaban
|
|
1.
|
Wayang
berada di Indonesia sejak 1500 SM, dahulu digunakan untuk ritual roh nenek
moyang, kemudian pada abad 4 dan 5 masuklah cerita mahabarata dan ramayana
dari India, pagelaran wayang dengan bahasa jawa kuno ditampilkan pada abad 11
oleh para empu Kediri. Pada abad 15 Sunan Kalijga menyebarkan agama Islam
dengan media wayang.
|
|
2.
|
Dalang, Pengrawit/ Wiyaga/ Wirapradangga, Sinden/
Swarawati, Penyanyi, Pelawak, Wayang, Kotak, Keprak, Cempala, Gawang kelir, Debog, Blencong, Simpingan, Gamelan, Panggung, dan Soundsistem
|
Soal nomor 1 (skor 50)
Soal nomor 2 (skor 50)
Yogyakarta, 20 Maret 2015
Guru Mata Pelajaran
Sejarah Kebudayaan
Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar