Bimbingan dan Konseling Islam - Kumpulan2 Makalah PAI

Latest

Sebuah kumpulan-kumpulan makalah PAI


BANNER 728X90

Selasa, 12 Januari 2016

Bimbingan dan Konseling Islam

Pengertian

Secara etimologi bimbingan berasal dari kata “guidance” yang berarti pimpinan, arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata “guidance” berasal dari kata “to guide” yang berarti menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan, mengemudikan.[1]

Secara terminologi bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya mengenai dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggungjawab tanpa bergantung pada orang lain.[2]

Jadi bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang (klien) dari seorang yang ahli (konselor) untuk menyelesaikan masalah klien dengan kemampuan dari klien itu sendiri.

Sumber Gambar: enowarinimediabki.wordpress.com

Secara etimologi, kata konseling berasal dari kata “counsel” yang diambil dari bahasa latin yaitu “counsilium”, artinya “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian “berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor dengan seorang atau beberapa klien (counselee).[3]

Secara terminologi konseling adalah bantuan yang diberikan kepada klien (counselee) dalam memecahkan masalah-masalah secara face to face, dengan cara yang sesuai dengan keadaan klien (counselee) yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidup.[4]

Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik garis besarnya, bahwa konseling adalah suatu aktifitas pemberian nasihat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan klien dengan menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental klien.

Bimbingan dan konseling saling berkaitan satu sama lain. Hal ini dikarenakan bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang integral. Konseling merupakan salah satu tekhnik dan alat dalam pelayanan bimbingan. Dari pendapat lain yang mengatakan bahwa bimbingan memusatkan diri pada pencegahan munculnya masalah, sedangkan konseling memusatkan diri pada pencegahan masalah individu atau dapat dikatakan bahwa bimbingan bersifat preventif sedangkan konseling bersifat kuratif.[5]

Bimbingan dan Konseling dalam Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.[6]

Tujuan Bimbingan dan Konseling dalam Islam

Secara garis besar tujuan bimbingan dan konseling dalam Islam dapat dirumuskan untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Aunur Rahim Faqih membagi tujuan bimbingan dan konseling Islam menjadi 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.[7]

1. Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat

2. Tujuan khususnya adalah:
  • Membantu individu agar tidak menghadapi masalah
  • Membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya
  • Membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain

Dalam bukunya Pihasniwati “Psikologi konseling: Upaya Pendekatan Integrasi-Interkoneksi”, Adz-Dzaki membagi tujuan konseling dalam Islam ada 5, yaitu:[8]

1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).

2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik bagi diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.

3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan kasih sayang.

4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.

5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan bena.

Baca Juga: Teori-teori dan Metode Konseling dalam Islam

[1] Hamdani Bakra, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Rajawali Pers, 2002), hal. 179.
[2] Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 65.
[3] Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Press, 2003), hal. 4.
[4] Dewa Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hal. 105.
[5] Aunur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: UII press, 2001) hal. 2.
[6] Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), hal. 4-5.
[7] Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: UII press, 2001), hal. 35-36.
[8] Pihasniwati, Psikologi konseling: Upaya Pendekatan Integrasi-Interkoneksi, (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008), hal. 167-168.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar