Tipe-Tipe Belajar
Dalam buku The Conditions Of Learning (1970) gagne mengemukakan 8 tipe belajar, yang membentuk suatu hirarki dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu[1] :
1. Belajar tanda-tanda atau signal learning
belajar tanda merupakan tahap belajar yang paling sederhana, setahap lebih tinggi dari perbuatan refleks. Individu belajar mengenal dan memberi respon terhadap tanda-tanda, seperti : melirik kepada orang lewat.
2. Belajar merangsang jawaban atau stimulus respons learning
Setahap lebih tinggi dari belajar tanda-tanda. Belajar ini merupakan upaya untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban, seperti berhenti pada waktu lampu merah.
3. Rantai perbuatan atau chaining
Individu belajar melakukan suatu rentetan kegiatan yang membentuk satu kesatuan. Mandi merupakan rantai kegiatan dari mulai membuka baju, mengeringkanya dengan handuk dan berpakaian kembali.
4. Hubungan verbal atau verbal association
Dalam hubungan verbal ini berbentuk hubungan bahasa. Yang paling sederhana dari hubungan verbal adalah hubungan benda dengan namanya, hubungan subjek dengan sifatnya.
5. Belajar membedakan atau discriminations learning
Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan suatu benda dengan ynag lainya. Atas dasar persamaan dan perbedaan itu individu bisa mengadakan pengelompokan.
6. Belajar konsep atau concept learning
Tipe belajar ini menynagkut pemahaman dan penggunaan konsep-konsep, seperti konsep : warna merah atau putih.
7. Belajar aturan-aturan atau rule learning
Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, rumah ataupun aturan dalam perdagangan.
8. Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning
Dalam kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalah yang harus dipecahkannya, baik masalah yang bersifat praktis dalam kehidupan maupun teoritis dalam suatu bidang ilmu.
Unsur-unsur Belajar
Cronbach (1954), mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu [2]:
1. Tujuan. Belajar dimuali karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu muncul untuk memenuhi suatu kebutuhan.
2. Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik, anak atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis.
3. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut bersangkutan dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar.
4. Interpretasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkanya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.
5. Respons. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respons.
6. Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, konsekuensi itu pakah keberhasilan ataaupun kegagalan. Reaksi Terhadap Kegagalan. Reaksi seorang siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam, bisa menurunkan semangat dan memperkecil usaha-usaha belajar. Tetapi bisa sebaliknya kegagalan bisa membangkitkan semangat berlipat ganda.
Baja Juga: Model-model Pembelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar