Catatan Kaki - Kumpulan2 Makalah PAI

Latest

Sebuah kumpulan-kumpulan makalah PAI


BANNER 728X90

Senin, 11 Januari 2016

Catatan Kaki

Pengertian

Catatan kaki ialah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan.
Fungsi Catatan Kaki
  1. menunjukkan referensi
  2. menyampaikan keterangan tambahan
  3. merujuk bagian lain dari teks (penulis memberi catatan untuk melihat atau memeriksa uraian pada halaman, bab, atau referensi lain).
Sumber Gambar: www.dosenpendidikan.com

Istilah-istilah dalam Footnote
  1. Ibid. (ibidem) = kutipan berasal dari sumber yang sama
  2. Op.Cit. (opera citato) = kutipan berasal dari sumber sama, tetapi sudah disisipi sumber lain (halaman berbeda).
  3. Loc.Cit. (loco citato) = kutipan berasal dari sumber sama (kumpulan esai, jurnal, ensklopedi, atau majalah), tetapi sudah disisipi sumber lain (halaman sama).
Contoh Kutipan Langsung Panjang

Salah satu ayat Alquran yang sering dikutip para feminis untuk menguatkan pandangan tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan adalah:

Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan tabah, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang memberi sedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatan, laki-laki dan perempuan yang mengingat Allah, bagi mereka Allah menyediakan pahala yang besar.[1]

Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, dan menarik Silberman mengabadikan pernyataan Confucius dengan kredo:

What I hear, I forget,
What I hear and see, I remember a little,
What I hear, see, and ask quations about or discuss with somone else, I begin to understand,
What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill,
What I teach to another, I master.[2]

Contoh Kutipan Langsung Pendek

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Mc Ashan mengemukakan bahwa kompetensi ... “is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achivieves, wich become part of his or her begin to the exent he or she can statisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”.[3]

...................... ibadah sebagi bentuk perintah Tuhan yang tidak dapat iintervensi oleh manusia karena itu sebagai manifestasi dari kontrak penciptaan manusia: “Wa mā khalaqtu al jinn wa al-ins illā li ya’budūn”.[4]

Contoh Kutipan Tidak Langsung

Humanizing the Classroom yang dicetuskan oleh John P. Miller terfokus pada pengembangan model “pendidikan afektif” yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan “pendidikan kepribadian” atau “pendidikan nilai”. Tawaran Miller ini bertumpu pada dorongan siswa untuk: (1) menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, (2) merupakan konsep dan identitas diri, dan (3) penyatupaduan kesadaran hati dan pikiran.[5]

... Dalam keanekaragaman pandangan tentang pengertian pendidikan terdapat titik persamaan yaitu pendidikan dilihat sebagai suatu proses dengan proses itu seseorang (dewasa) secara sengaja mengarahkan pertumbuhan atau perkembangan seseorang (yang belum dewasa).[6] Proses adalah kegiatan yang mengarahkan perkembangan seseorangvsesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Dengan demikian, proses pendidikan hanya berlaku pada manusia, tidak pada hewan.[7]

Apakah pendidikan Islam itu? Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah.[8] Pendidikan Islam bukan sekedar transfer of knowledge atau transfer of training, tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi keimanan dan kesalihan.[9] Dengan demikian, pendidikan Islam adalah suatu kegiatan yang mengarahkan perkembangan seesorang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Sosok pendidikan Islam dapat digambarkan sebagai suatu sistem yang membawa manusia ke arah kebahagiaan dunia dan akhirat melalui ilmu dan ibadah.[10]


[1] Q.S. Al-Ahzab (33):35 atau Q.S. Al-Ahzab (33):35 dalam Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahannya,  (Jakarta: CV Atlas, 2000), hlm. 673. 
[2] Mervin L. Silberman, Active Learning: 101 Strateies to Taech any Subject, (USA: Allyn & Bacon, 1996), p 1
[3] Mc  Ashan via E Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakter, dan Implementasi, (cet. III, Bandung: Rosdakarya, 2003), hlm. 38.
[4] Q.S. Adz-Dzariyaat (51):56.
[5] Baca John Miller, Humanizing the Classroom: Models of Teaching in Affective Education (New York: Praeger Publisher, 1976), bandingkan dengan Khoiruddin Bashori, “Kelas Bukan Kuburan”, makalah Seminar Pemikiran dan Metodologi Pendidikan di UMY, 2002. 
[6] Roihan Achwan, “Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam versi Mursi,” Jurnal Ilmu Pendidikan Islam  (Vol. I, IAIN Suka Yogyakarta, 1999), hlm. 50.
[7] Ibid.
[8] Abdurrahman an-Bahlawi, Ushulut Tarbiayh Islamiyah wa Asalibiha fi Baiti wal Madrasati wal Mujtana’ (Cet. II, Libanon: Dar al-Fikr al-Mu’asyir, 1983), Terj. Sihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 26.
[9] Roihan Achwan, Loc.Cit.
[10] Abdurrahman, Op.Cit., hlm. 30.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar