Filsafatnya Husserl - Kumpulan2 Makalah PAI

Latest

Sebuah kumpulan-kumpulan makalah PAI


BANNER 728X90

Rabu, 16 Desember 2015

Filsafatnya Husserl


Filsafat Husserl memang mengalami perkembangan yang agak lama. Pada mulanya ia berfilsafat tentang ilmu pasti, tetapi kemudian sampai jugalah ia kepada renungan tentang filsafat pada umumnya serta dasar-dasarnya sekali.[1]

Mula-mula Husserl beraksi terhadap empirisme dan psikologisme yang kuat pada abad itu. Dalam aliran itu dia menolak sikap 'scientisme', yang menghadapi kenyataan dan pengertian dengan metode dan sikap ilmu eksakta: die naturliche Einstellung (sikap natural). Sikap itu membina pertentangan antara subjek dan objek, dan memalsukan sikap asli terhadap hal-hal nyata. Husserl mau mengarahkan diri kembali ke isi objektif: zu den Sachen selbst (die Wende zum Gengenstand). Objek pertama bagi filsafat ialah bukan pengertian tentang kenyataan, melainkan kenyataan itu sendiri. Ia mau mencari kebenaran yang mendasari segala pengetahuan manusia lainnya.[2]

Sumber Gambar: biografi-tokoh-ternama.blogspot.com

Maka dari itu haruslah dicari suatu metode yang memungkinkan kita berpikir, tanpa mendasarkan pikiran itu kepada suatu pendapat lebih dulu. Biasanya orang berpikir setelah menpunyai suatu teori atau pendirian sendiri. Itu tidak benar, demikian Husserl, orang harus mulaui dengan mengamat-amati hal sendiri tanpa dasar suatupun: 'Zu den Sachen selbst'. Ia memerlukan analisa kesadaran. Maka analisa ini menunjukkan kepada kita, bahwa kesadaran itu sungguh-sungguh selalu terarahkan kepada objek. Oleh karena yang diselidiki itu susunan kesadaran itu sendiri, maka haruslah nampak objek dalam kesadaran (gejala-fenomenon) maka gejala ini diselidiki pula. Sungguh tidaknya objek itu tidaklah masuk ke dalam penyelidikan. Yang harus dicari sekarang ialah yang sungguh-sungguh merupakan inti-sarinya, adapun yang di luar inti-sari itu tidak dihiraukan. Tetapi bukanlah ini dengan cara abstraksi seperti ajaran tomisme, melainkan inti itu tercapai oleh intuisi: inti itu terpandangi oleh budi.

Demikian terdapatlah inti susunan kesadaran. Akan tetapi ini lain dari kesadaran empiri, ini kesadaran transendetal.[3]

Husserl mencari 'titik arkhimedis': dasar pengetahuan yang tidak tergoncangkan, semacam 'permulaan' absolut bagi pengertian, yang bebas dari segala unsur 'asing'. Maka seluruh kegiatan filosofis diabdikannya ke pencaharian itu. Dianggapnya sebagai tugas serius dan panggilannya. Semua penelitian konkrit sekaligus merupakan percobaan metodis.

Fenomenologi menjadi suatu 'filsafat pertama' sebagai dasar bagi segala pengrtian ditemukannya kesadaran murni atau 'aku' transendental, yang merupakan titik-tolak mutlak (semacam Cogito). Semua hal lain 'berada’ dalam hubungan dengan 'aku' transendental itu. Pada waktu itu Husserl dekat sekali dengan neo-kantianisme. Sekitar 1935 'aku' transendental itu mulai kehilangan status mutlak dan diperluas menjadi antarsubjektivitas transendental. Dunia sekitar manusia itu 'berada', sejauh berhubungan dengan komunitas individu-individu yang antarsubjektif.[4]

Baca Juga: Fenomenologi Husserl dan Fenomenalisme

[1] Poedjawijatna, Pembimbingan Ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: P.T Pembangunan, 1980), hal. 139.
[2] Anton Bakker, Metode-metode Filsafat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hal. 108.
[3] Poedjawijatna, Pembimbingan Ke Arah ..., hal. 139.
[4] Anton Bakker, Metode-metode ..., hal. 109.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar