Pengertian
Kata fenomenologi dari bahasa Yunani yaitu phainomenon dari phainesthai / phainein yang artinya menampakkan / memperlihatkan. Kata ini mempunyai arti sebagaiberikut : obyek persepsi, apa yang diamati, apa yang tampak pada kesadaran kita, pengalaman indrawi, apa yang tampak pada panca indra kita dan peristiwa yang dapar diamati.[1]
Fenomenologi adalah daftar kesadaran-kesadaran sebagai tempatnya alam. Jika kita ingin mengetahui sesuatu benda itu apa dan persoalan seperti ini adalah tugas para fenomenologis, kita harus menyelidiki kesadaran kita terhadap benda itu. Kalau hal tersebut tidak dapat memberi jawaban, maka tak ada sesuatu yang dapat memberinya.[2]
Jadi, menurut saya fenomenologi adalah mengetahui sesuatu / suatu benda dari sudut manapun dan dengan kesadaran.
Biografi Edmund Husserl
Edmund Husserl Gustav Albrecht lahir di Prossnitz (Moravia) pada tanggal 8 April 1859. Dia adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ayahnya adalah seorang pembuat topi (orang yang mendesain, merek, trim, atau menjual topi). Orang tuanya adalah non-ortodoks Yahudi. Meskipun lahir dalam keluarga Yahudi, Husserl dibaptis sebagai seorang Lutheran pada tahun 1886.
Dia mulai studi klasik Jerman di Realgymnasium di Wina pada usia 10, dan pada tahun berikutnya dipindahkan ke Staatsgymnasium di Olmütz. Dia kuliah di universitas di Leipzig, berkonsentrasi pada Matematika, fisika dan filosofi. Ia belajar matematika di bawah Karl Weierstrass dan Leo Königsberger, dan filsafat di bawah Franz Brentano dan Carl Stumpf. Setelah dua tahun ia pindah ke Berlin untuk melanjutkan perhatiannya terhadap matematika, kembali lagi ke Wina, dan menyelesaikan gelar doktor pada tahun 1883. Husserl sendiri mengajarkan filsafat sebagai dosen tidak-tetap di Halle dari 1887, maka sebagai guru, pertama di Göttingen dari 1901, kemudian di Freiburg dari 1916 sampai ia pensiun pada tahun 1928. Dia memiliki tiga anak, salah satunya meninggal dalam Perang Dunia I.
Edmund Husserl meninggal pada tanggal 27 April 1938 di Freiburg. Mushaf (lebih dari 40000 halaman secara total) diselamatkan oleh Leo Herman Van Breda Fransiskan, yang membawa mereka ke Leuven (Belgia), dimana Husserl pertama arsip didirikan pada tahun 1939. (Saat ini, ada arsip lanjut di Freiburg, Cologne, Paris, New York dan Pittsburgh.) Sejak tahun 1950 arsip Husserl mengedit karya Husserl dikumpulkan, Husserliana.[3]
Jadi, itu adalah biografi singkat dari seorang Edmund Husserl yang juga salah satu seorang filsuf yang ada di dunia.
Fenomenologi
Metode yang dipelopori Husserl disebutnya metode fenomenologis. Istilah 'fenomenologis' untuk pertama kalinya dipakai oleh J.H. Lambert (1728-1777), dalam bukunya Neues Organon (1764). Kemudian istilah itu pun dipergunakan Kant, Hegel dan sejumlah filsuf lain. Artinya serba berbeda. Baru Husserl memakai istilah itu untuk menunjukkan metode berpikir tepat khusus.[4]
Fenomenologi sebagai aliran dan sebagai ilmu dikembangkan oleh Edmund Husserl. Husserl ingin memaparkan gerakan ini secara sistematis dan memberikan dasar yang tak dapat dibantah bagi semua ilmu pengetahuan dengan menggunakan apa yang disebut "metode fenomenologis". Metode ini mulai dengan reduksi (pengurungan) ganda: "reduksi eiditik" dan "reduksi fenomenologis".
Reduksi eidietik mementingkan esensi (eidos) objek-objek tetapi dalam bentuk konkretnya yang purna. Sedangkan reduksi fenomenologis menangguhkan ketidaktergantungan objek-objek.
Fenomenologi menganggap objek berhubungan dengan kesadaran. Kesadaran itu adalah kesadaran murni bukan kesadaran kosong. Kesadaran murni mempunyai dua aspek: 'sadar tentang' dan 'yang di ketahui dengan sadar'. Yang diketahui dengan sadar itu tidak termuat dalam 'sadar tentang'. Karena itu aspek 'yang diketahui dengan sadar' dapat ditangkap dan dipaparkan dalam ideasi langsung atau intuisi esensi.
Semua pengalaman itu diatur oleh esensinya, maka ilmu pengetahuan eidetik atau ontologi regional berhubungan dengan hal-hal yang empiris.semua bidang tempat objek berperan, kemudian kesadaran murni dan ilmu tentang kesadaran adalah persoalan filsafat yang paling dasar. Dalam pemikiran Huserl, konsep fenomenologi itu berpusat pada persoalan tentang kebenaran. [5]
Fenomenologi adalah daftar kesadaran-kesadaran sebagai tempatnya alam. Jika kita ingin mengetahui sesuatu benda itu apa dan persoalan seperti ini adalah tugas para fenomenologis, kita harus menyelidiki kesadaran kita terhadap benda itu. Kalau hal tersebut tidak dapat memberi jawaban, maka tak ada sesuatu yang dapat memberinya.[2]
Sumber Gambar: stitmngawi.wordpress.com
Jadi, menurut saya fenomenologi adalah mengetahui sesuatu / suatu benda dari sudut manapun dan dengan kesadaran.
Biografi Edmund Husserl
Edmund Husserl Gustav Albrecht lahir di Prossnitz (Moravia) pada tanggal 8 April 1859. Dia adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ayahnya adalah seorang pembuat topi (orang yang mendesain, merek, trim, atau menjual topi). Orang tuanya adalah non-ortodoks Yahudi. Meskipun lahir dalam keluarga Yahudi, Husserl dibaptis sebagai seorang Lutheran pada tahun 1886.
Dia mulai studi klasik Jerman di Realgymnasium di Wina pada usia 10, dan pada tahun berikutnya dipindahkan ke Staatsgymnasium di Olmütz. Dia kuliah di universitas di Leipzig, berkonsentrasi pada Matematika, fisika dan filosofi. Ia belajar matematika di bawah Karl Weierstrass dan Leo Königsberger, dan filsafat di bawah Franz Brentano dan Carl Stumpf. Setelah dua tahun ia pindah ke Berlin untuk melanjutkan perhatiannya terhadap matematika, kembali lagi ke Wina, dan menyelesaikan gelar doktor pada tahun 1883. Husserl sendiri mengajarkan filsafat sebagai dosen tidak-tetap di Halle dari 1887, maka sebagai guru, pertama di Göttingen dari 1901, kemudian di Freiburg dari 1916 sampai ia pensiun pada tahun 1928. Dia memiliki tiga anak, salah satunya meninggal dalam Perang Dunia I.
Edmund Husserl meninggal pada tanggal 27 April 1938 di Freiburg. Mushaf (lebih dari 40000 halaman secara total) diselamatkan oleh Leo Herman Van Breda Fransiskan, yang membawa mereka ke Leuven (Belgia), dimana Husserl pertama arsip didirikan pada tahun 1939. (Saat ini, ada arsip lanjut di Freiburg, Cologne, Paris, New York dan Pittsburgh.) Sejak tahun 1950 arsip Husserl mengedit karya Husserl dikumpulkan, Husserliana.[3]
Jadi, itu adalah biografi singkat dari seorang Edmund Husserl yang juga salah satu seorang filsuf yang ada di dunia.
Fenomenologi
Metode yang dipelopori Husserl disebutnya metode fenomenologis. Istilah 'fenomenologis' untuk pertama kalinya dipakai oleh J.H. Lambert (1728-1777), dalam bukunya Neues Organon (1764). Kemudian istilah itu pun dipergunakan Kant, Hegel dan sejumlah filsuf lain. Artinya serba berbeda. Baru Husserl memakai istilah itu untuk menunjukkan metode berpikir tepat khusus.[4]
Fenomenologi sebagai aliran dan sebagai ilmu dikembangkan oleh Edmund Husserl. Husserl ingin memaparkan gerakan ini secara sistematis dan memberikan dasar yang tak dapat dibantah bagi semua ilmu pengetahuan dengan menggunakan apa yang disebut "metode fenomenologis". Metode ini mulai dengan reduksi (pengurungan) ganda: "reduksi eiditik" dan "reduksi fenomenologis".
Reduksi eidietik mementingkan esensi (eidos) objek-objek tetapi dalam bentuk konkretnya yang purna. Sedangkan reduksi fenomenologis menangguhkan ketidaktergantungan objek-objek.
Fenomenologi menganggap objek berhubungan dengan kesadaran. Kesadaran itu adalah kesadaran murni bukan kesadaran kosong. Kesadaran murni mempunyai dua aspek: 'sadar tentang' dan 'yang di ketahui dengan sadar'. Yang diketahui dengan sadar itu tidak termuat dalam 'sadar tentang'. Karena itu aspek 'yang diketahui dengan sadar' dapat ditangkap dan dipaparkan dalam ideasi langsung atau intuisi esensi.
Semua pengalaman itu diatur oleh esensinya, maka ilmu pengetahuan eidetik atau ontologi regional berhubungan dengan hal-hal yang empiris.semua bidang tempat objek berperan, kemudian kesadaran murni dan ilmu tentang kesadaran adalah persoalan filsafat yang paling dasar. Dalam pemikiran Huserl, konsep fenomenologi itu berpusat pada persoalan tentang kebenaran. [5]
Baca Juga: Filsafatnya Husserl
[1]
Save M. Dagun, Filsafat Eksistensialisme, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal.
37.
[2]
Muzairi, Filsafat Umum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 142.
[3]
http://en.wikipedia.org/wiki/Edmund_Husserl.
[4]
Anton Bakker, Metode-metode Filsafat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986),
hal. 109-110.
[5]
Save M. Dagun, Filsafat Eksistensialisme, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990),
hal. 38-39.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar