Problema dan Jiwa Keagamaan - Kumpulan2 Makalah PAI

Latest

Sebuah kumpulan-kumpulan makalah PAI


BANNER 728X90

Sabtu, 19 Desember 2015

Problema dan Jiwa Keagamaan

Agama menyangkut kehidupan batin manusia. Oleh karena itu kesadaran agama dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan dunia gaib. Dari kesadaran agama dan pengalaman agama ini pula kemudian muncul sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang.

Problema adalah masalah atau sesuatu yang keluar dari yang sebenarnya yang sesuai ideal dengan kenyataan. Jiwa keagamaan adalah sikap-sikap dalam beragama. Jadi, problema dan jiwa keagamaan adalah masalah dan sikap dalam beragama.

Sumber Gambar: www.slideshare.net

Sikap Keagamaan dan Pola Tingkah Laku

Menurut Prof. Dr. Mar'at. meskipun belum lengkap Allport telah menghimpun sebanyak 13 pengertian mengenai sikap. Dari 13 penger­tian itu dapat dirangkum menjadi 11 rumusan mengenai sikap. Rumusan umum tersebut adalah bahwa:

1. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus-menerus dengan lingkungan (attitudes are learned).

2. Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide (attitudes bare referenl).

3. Sikap dipercleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah, sekolah, tempat ibadat ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan (attitudes are social learnings).

4. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek (attitudes have readiness to respond).

5. Bagian yang dominan dari sikap adalah perasaan dan afektif, sepeni yang tampak dalam menentukan pilihan apakah positif, negatif atau ragu (attitudes are affective).

6. Sikap merniliki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau lemah (attitudes are very intensive).

7. Sikap bergantung kepacia situasi dan waktu, sehingga dalam situasi cocok (attitudes have a time dimension).

8. Sikap dapat bersifat relatif consistent dalam sejarah hidup individu(attitudes have duration factor).

9. Sikap merupakan bagian dari konteks. persepsi ataupun kognisi individu (attitudes are complex).

10. Sikap merupakan peniiaian terhadap sesuatu yang mungkin rnern-punvai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau vang bersang-kutan(attitudes are evaluations).

11. Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan tidak memadai (attitudes are infened).

Rumusan tersebut menunjukkan bahwa sikap merupakan predis­posisi (predisposisi adalah hal kemudaan mudah terpengaruh; keadaan mudah terjangkit; condong kedalam; kecenderungan.[1]) untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek tertentu yang mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Dengan demikian sikap merupakan interaksi dari komponen-komponen tersebut secara kompleks.

Merujuk kepada rumusan di atas, terlihat bagaimana hubungan sikap dengan pola tingkah laku seseorang. Tiga komponen psikologi yaitu kognisi, afeksi, dan konasi yang bekerja merupakan bagian yang menentukan sikap seseorang terhadap sesuatu objek, baik yang berbentukkonkrit atau abstrak. Kognisi akan menjawab tentang apa yang dipikirkan tentang objek, afeksi dikaitkan dengan apa dirasakan terhadap suatu objek,sedangkan konasi berhubungan dengan kesiapan untuk bertindak terhadap suatu objek. Dengan demikian, sikap yang ditaampilkan seseorang merupan hasil dari proses berpikir, merasa, sebagai reaksi terhadap sesuatu objek.[2] Pembentukan sikap melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman. Sikap dan tingkah laku mempunyai hubungan faktor tertentu, yaitu motif yang mendasari sikap. Motif sebagai motif pendorong arah sikap negatif atau positif akan terlihat dalam tingkah laku nyata dalam diri seseorang atau kelompok. Pada tingkat tertentu motif akan membentuk predisposisi. Yang terjadi dalam diri seseorang. Para ahli didik melihat adanya peran orang tua dalam pemberi dasar jiwa keagamaan itu. Pengenalan ajaran agama pada anak usia dini bagaimanapun akan berpengaruh dalam membentuk kesadaran dan pengalaman agama pada diri anak.

Baca Juga: Sikap Keagamaan yang Menyimpang dan Faktornya

[1] Pius A Partanto, dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hal. 619.
[2] Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 259-260.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar