Hakikat dan Isu-isu Filsafat Pendidikan - Kumpulan2 Makalah PAI

Latest

Sebuah kumpulan-kumpulan makalah PAI


BANNER 728X90

Jumat, 25 Desember 2015

Hakikat dan Isu-isu Filsafat Pendidikan


Hakikat Filsafat dan Pendidikan

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu filosofia. Dalam bahasa Yunani kata filosofia merupakan kata majemuk yang terjadi dari filo dan sofia. Filo artinya ‘cinta’ dalam arti seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin itu lalu berusaha mencapai yang diingini itu. Sofia artinya ‘kebijaksanaan’. Jadi menurut namanya saja filsafat bisa berarti ‘cinta kepada kebijaksanaan’ atau ‘ingin mengerti dengan mendalam’.[1]
Sumber Gambar: Wikipedia.co.id

Pendidikan merupakan suatu hal yang pokok dan sangat penting didapat oleh setiap orang, karena dengan pendidikan tersebut manusia senantiasa selalu berproses menuju ke arah yang lebih baik mulai dari perubahan tingkah laku sampai kehidupannya. Pendidikan sendiri dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.[2]

Pendidikan merupakan upaya sengaja yang dilakukan oleh pelajar atau orang lainnya untuk mengontrol situasi belajar agar dapat meraih hasil belajar yang diinginkan.[3]

Jadi, filsafat adalah sebuah ilmu yang mempelajari kebijaksanaan atau menjadi bijaksana dan pendidikan adalah sebuah program yang memanusiakan manusia.
Isu-isu Filosofis dalam Pendidikan

1. Metafisiska

Suatu studi mengenai realita (faktual) tertinggi dari hakikat semua benda, nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta suatu studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda di dalam proses pengamatan dan pengetahuan.[4]

Metafisika adalah sebuah terjemah dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti ‘melampaui fisik’ dan metafisika adalah cabang filsafat yang memperbincangkan tentang hakikat realitas. Apakah sesuatu itu benar-benar ada?.

Pendidikan tidak dapat menghindari dunia metafisika. Program pendidikan di sekolah itu didasarkan atas fakta dan realitas daripada khayalan. Kepercayaan metafisis yang berbeda membawa ke arah pendekatan yang berbeda, bahkan memilahkan sistem pendidikan.[5]

2. Epistemologi

Epistemologi berasal dari kata episteme (pengetahuan) dan logos (kata, pembicaraan, ilmu). Secara umum, epistemologi adalah cabang filsafat yang mengkaji sumber, watak dan kebenaran pengetahuan.[6]

Pendidikan dalam epistemologi, sumber-sumber ilmu pengetahuan harus jelas dan valid. Pengetahuan itu bersumber dari panca indra, wahyu, otoritas, akal pikir, intuisi, serta watak yang saling melengkapi sumber-sumber pengetahuan.

Dalam menguji keabsahan pengetahuan, para filsuf menggunakan tiga alat uji kebenaran, yaitu teori korespondensi, koherensi, dan pragmatis.[7]

3. Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang berupaya menjawab persoalan “Apa nilai itu?” Ketertarikan seseorang terhadap nilai berasal dari kenyataan bahwa ia adalah makhluk yang menilai. Aspek utama pendidikan adalah pengembangan preferensi (kecenderungan diri). Para guru mengajar lewat perilaku mereka kepada peserta didik yang masih sangat mudah menerima pengaruh, kemudian peserta didik mengasimilasikan dan mengimitasikan struktur nilai para guru hingga tingkat yang signifikan.[8]

[1] Poedjawijatna, Pembimbingan Ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: P.T Pembangunan, 1980), hal. 1-2.
[2] Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 1.
[3] George R. Knight, Issues and Alternatives in Educational Philosophy diterj. Mahmud Arif, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Gama Media, 2007), hal. 15.
[4] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filasafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hal. 18.
[5] George R. Knight, Issues and Alternatives..., hal. 21-29.
[6] Teguh Wangsa Gandhi, Filsafat Pendidikan: Mazhab-mazhab Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 43.
[7] George R. Knight, Issues and Alternatives..., hal. 34-44.
[8] Ibid., hal. 49.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar