PERBEDAAN ANTARA ORANG OPTIMIS DAN PESIMIS - Kumpulan2 Makalah PAI

Latest

Sebuah kumpulan-kumpulan makalah PAI


BANNER 728X90

Jumat, 25 Desember 2015

PERBEDAAN ANTARA ORANG OPTIMIS DAN PESIMIS

Perbedaannya

a. Orang pesimis biasanya cepat ragu dan gusar, sedangkan orang optimis biasanya selalu bersemangat dalam mempertahankan prinsip dan pilihan sikap hidup.

b. Orang pesimis senantiasa melihat kesulitan, kesusahan dalam setiap kesempatan, sedangkan seorang optimis langsung melihat kesempatan dalam setiap kesulitan.

c. Orang pesimis selalu cepat berkata ‘tidak tahu’, tidak bisa, tidak mungkin. Sedangkan orang optimis senantiasa berkata, “belum, nanti akan saya cari tahu.” Atau belum bisa—nanti saya pelajari dahulu, dan selalu yakin mengenai segala kemungkinan yang akan terjadi dalam tiap perencanaan kerja. 

Sumber Gambar: inibloger.blogspot.com

d. Orang pesimis merasa selalu berduka, luka dan prahara dirasakan selalu hadir setiap saat, dan mengira bahwa hidup hanya berbalut rasa sakit. Sedangkan orang optimis senantiasa menyadari bahwa segala luka, lelah, dan sakit hanyalah sementara. Tak ada strategi paling mujarab selain ikhlas dalam menetapi kesabaran dan menjaga kesyukuran.

e. Orang pesimis menjadi sosok yang kurang percaya diri karena lebih banyak menghitung ‘hal yang tidak menyenangkan’, orang optimis memiliki keyakinan dan rasa percaya diri tinggi sebab merasa ada hal baik di setiap kejadian apa pun.

f. Bagi orang pesimis, Ciri lain yang melekat adalah sedikit-sedikit kecewa, sedikit-sedikit merasa langkahnya salah, lebih banyak keluhan dan mudah menyerah. Bagi orang optimis, ciri lain yang melekat adalah ketika ada kecewa atau tertusuk duri dalam melangkah, ia akan bersegera memperbaiki diri, mengobati luka dengan tetap ceria dan bersemangat dalam perjuangannya.

g. Si pesimis cenderung mencari untung untuk diri sendiri, mengutamakan kepentingan pribadi. Sedangkan si optimis mengorbankan kepentingan pribadi karena merasa bahagia jika menyenangkan orang lain.

h. Si pesimis seolah hidupnya penuh curiga, melihat kehidupan bagaikan warna hitam-putih saja. Si optimis merasa hidupnya penuh berkah, memandang kehidupan berwarna-warni dan selalu indah.

i. Si pesimis suka membesar-besarkan masalah kecil, namun enggan mencari penyelesaiannya, sedangkan si optimis berusaha untuk menemukan solusi atas masalah besar meski dengan langkah kecil.

j. Si pesimis gemar menunda pekerjaan dan merasa tak termotivasi, sedangkan si optimis tekun dan menyegerakan karya nyata secepatnya.
 
Manfaat Optimis

Optimis juga mempunyai berbagai manfaat bagi diri kita. Optimisme sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari guna mancapai sebuah kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup di dunia dan di akhirat. Dengan adanya sikap optimistis dalam diri setiap Muslim, kinerja untuk beramal akan meningkat dan persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik. Doa, ikhtiar, dan tawakal harus senantiasa mengiringi, kerena hanya dengan kekuasaan-Nya apa yang kita harapkan dapat terwujud. Selain itu, optimism juga dapat berpengaruh pada kesehatan.

Para ilmuwan telah membuat kesimpulan atas riset selama puluhan tahun tentang manfaat berpikir positif dan optimisme bagi kesehatan. Hasil riset menunjukkan bahwa seorang optimis lebih sehat dan lebih panjang umur dibanding orang lain apalagi dibanding dengan orang pesimis. Para peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih sanggup menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi. Berikut ini beberapa manfaat bersikap optimis: [1]

1. Lebih panjang umur.
2. Lebih jarang mengalami depresi.
3. Tingkat stres yang lebih kecil.
4. Memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit.
5. Lebih baik secara fisik dan mental.
6. Mengurangi risiko terkena penyakit jantung.
7. Mampu mengatasi kesulitan dan menghadapi stress

Dengan memperhatikan manfaat-manfaat rasa optimisme di atas, maka diharapkan, umat islam dapat meningkatkan optimisme dan keyakinan dalam dirinya agar kehidupannya akan menjadi lebih baik.

Dampak Pesimis

Jika dalam suatu pesimisme bagian yang melankolis, kitaakan melalui suatu versi halus dari gangguan mental utama yaitu depresi. Depresi adalah pesimisme yang berat, dan untuk memahami pesimisme, sebuah fenomena ghaib menolong kita untuk melihat wilayah yang lebih luas, bentuk yang melebih-lebihkan.[2]

Depresi terdiri dari tiga jenis, pertama depresi normal yang merupakan tipe yang dikenal baik oleh kita. Depresi itu datang dari penderitaan dan kehilangan sehingga tak dapat dielakkan manusia, makhluk yang berpikir tentang masa depan. Dua depresi lainnya disebut depresi gangguan, depresi unipolar (kutup tunggal) dan bipolar (depresi ganda). Kedua jenis ini menyediakan pekerjaan bagi psikolog dan psikiater klinik. Yang membedakan keduanya adalah adanya keterlibatan mania atau tidak.mania adalah suatu kondisi psikologi dengan seperangkat gejala yang kelihatannyaberlawanan dengan depresi.[3]

Cara Mengatasi Sifat Pesimis

Ketika kita menemukan kesulitan (Adversity), kita bereaksi memikirkan kesulitan itu. Pemikiran kita dengan cepat membeku menjadi keyakinan (Belief). Kita bisa menjadi terbiasa dengan keyakinan ini sehingga kita bahkantdk meyadari bahwa kita memilikinya kecuali kita berhenti dan memusatkan perhatian kepada keyakinan itu. Keyakinan tidak hanya berdiam, keyakinan menimbulkan konsekuaesi ( Consequences). Keyakinan adalah penyebab utama yang kita rasakan dan apa yang kita lakukan selanjutnya. Keyakinan dapat mengetahui perbedaan antar rasa kesal dan menyerah, di sisi yang satu. Namun, di sisi lain keyakinan dapat menyejahterakan dan mendorong untuk melakukan tindakan bermanfaat.[4] Dalam kajian psikologi, cara mengembangkan optimisme adalah dengan kepribadia yang sehat. Hal ini mengandung arti bahwa petunjuk bagi kesehatan psikologis yang berperan sangat baik pada salah satu usia, mungkin merupakan kegagalan yang menyedihkan pada suatu saat kehidupan kelak. Akan tetapi pada usia 40 tahun kita dapat menemukan pemenuhan hanya dengan mengadakan konfrontasi dengan ketidaksadaran atau dengan menemukan suatu arti bagi kehidupan.[5]


[1] Izah, Optimisme dalam islam dn manfaatnya baagi kesehatan, http://izahiah.blogspot.com/2010/09/optimisme-dalam-islam-dan-maanfaatny.html, diunduh pada 24 April 2014 pukul 19:00.
[2] Martin E. P. Salighman. Ph. D., Menginstal Optimisme. (Bandung: Momentum Imprint Salamadani, 2008), hal. 75.
[3] Ibid,. hal. 76-77.
[4] Martin E. P. Salighman. Ph. D., Menginstal Optimisme. (Bandung: Momentum Imprint Salamadani, 2008), hal. 282.
[5] MIF Baihaqi, Psikologi Pertumbuhan Kepribadian Sehat untuk Mengembangkan Optimisme. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar